Yang layu biarlah berlayu
Tersungkur aku menjadi tanah, melanglang buanalah kau kini menjadi bunga. Kita pernah jadi dua tangkai bunga yang selalu kokoh digoyang angin, menari indah dengan satu irama dan hentakan yang sama. Ku pandangi tiap hari, ku kagumi tanpa henti, tanpa harap kau menoleh atau membalas.
Aku ingin menemani sisa harimu, mengembalikan pesona yang dulu telah layu. Kujadikan kau pujaan diantara seribu bunga di taman.
Hanya menemani niatku,
sebagai pendamping maksudku, menjadikanmu mekar kembali tujuanku.
Namun kini kian salahku, mengharapkanmu terus menjadi satu. Terlahap harap untuk menuntut mesra, atau keluar batas dari segala cara yang memang bukan kewajiban dari statusnya. Ku akui caraku kini salah, maksudku telah melampaui dari apa yang kau beri. Oh tangkaiku seharusnya kau cukup bersyukur berada disisinya, jangan berharap cemas pada ia yang tidak mengharapkanmu. Sebelum kian jauh, sebelum kau terus meminta lebih atau sebelum kau jatuh dan terus memaksa, sebaiknya tuan tangkai gugur saja.
Jangan sampai tuan keluar dari tujuan sendiri, membuatnya jatuh dan layu kembali. Pun tuan tahu ia tak terlalu nyaman pada pelukan, tuan juga tahu selebihnya harapan dapat membunuh tuan. Jadi sajalah apa yang ia butuh dan tuan ingin, tanpa harus ada silang diantara kata aku dan kamu. ;:Masih menjadi kita:; Dengan cara berbeda:;
Aku tangkai rela gugur agar tuan menjadi tanah untuknya
Dan kinipun aku berjanji akan terus menjadi tanah untuknya
Hingga aku menjadi bunga kembali
Atau tumbuh bunga yang baru
;: Setidaknya kamu tumbuh bersama denganku:; dan setidaknya aku tak berharap lebih padamu:;
Kita tetap kita ; dengan cara yang berbeda.
Komentar
Posting Komentar